Pages

15.10.19

Trending Sulli Meninggal

Sulli, aku gatau siapa dia, tapi dengar beritanya dia mengakhiri hidup rasanya prihatin, dan kesal. Aku belum pernah mendapat bullying dari tajamnya kata-kata orang, tapi aku cukup tau rasanya gapunya teman untuk meringankan beban.

Dua hari yang lalu ibuk menelponku, cerita bahwa adikku yang sedang menempuh langkah-langkah akhir menuju wisudanya, mengeluh, merasa sendiri, hanya karena melihat temannya saat sidang disambut oleh banyak teman-temannya, sedangkan dia, ngga ada siapa-siapa, menurut ceritanya, temannya tau dia akan sidang tapi ngga bisa menemani, padahal temannya itu belum bekerja, jadi ngga mungkin ada kesibukan, opininya. Kesendirian itu bertambah lagi dengan pikirannya yang me-recall bahwa keluarganya sudah ngga punya apa-apa, ditambah lagi dengan kesedihannya karena ditinggalkan pujaan hatinya beberapa bulan lalu.

Hmm, awalnya kupikir 'yaelah aku dulu sidang juga ngga dihadiri teman-teman, biasa aja,' tapi tunggu, bukankah setiap orang punya kemampuan berbeda dalam menghadapi situasinya ? aku langsung teringat rasa kesepian yang pernah aku rasa. Kelam. Seketika aku berdoa ke Allah, semoga diberikan terang di hati adikku di Semarang sana.

Hari ini semua orang merasa dirinya peduli dengan mental illness, merasa dia akan selalu ada buat orang yang butuh. B U L L S H I T.

Punya teman baik tiba-tiba ngga ada kabar dibiarin aja, ngga peduli ada apa sama dia. Ada teman yang udah lama ngga ada kabar, tiba-tiba minta kunjungan, ga peduli, kebanyakan alasan. Kenapa kita tu kebanyakan mikir kalo ada teman yang jelas-jelas minta, jelas-jelas butuh ? Gitu kalian bilang peduli sama mental illness ?

B U L L S H I T.

No comments:

Post a Comment