Tanggal 24 Oktober aku akhirnya diperbolehkan untuk pulang. Drama perASIan tidak berhenti sampai situ saja. Di rumah, ibu mertua, ibu dan suamiku fokus ke ASIku yang belum kunjung keluar, ibu bikin sayur yang katanya bisa memperlancar asi untuk aku makan, ibu mertua minta aku untuk pumping, suami siapkan minum dan makan selalu standby disampingku. Mendapat perhatian yang sebegitunya dan tangisan bayiku yang ngga kunjung berhenti membuat aku merasa terbebani. Hingga akhirnya aku ga sanggup menahan tangisku, dan berakhir menangis memeluk suamiku didepan ibu mertua dan ibuku.
"Sebel deh, katanya kudu happy biar asi lancar, ini gimana aku happy, aku belum tidur 2 hari, udah aku gabisa ngerawat bayi, eh asiku begini. Dikira aku ga sedih apa bayinya nangis terus, sufor dulu gapapa sih, aku gatega dia nangis."
"Gapapa, besok tuh udah lancar. Gausah nyalahin diri sendiri, yang ada dalam diri kamu tuh bukan salah kamu."
Alhamdulillah, diberi Allah seorang suami yang bisa ngayomi, membuka mataku bahwa yang terjadi tuh ngga selalu karena salah diri sendiri.
No comments:
Post a Comment