Pages

27.7.17

Should I ?

Yang aku benci dari rekrutmen adalah ketika aku gatau apa yang membuat aku gagal. That's why aku bertanya apa yang kurang dari aku ketika wawancara user kemarin, dan hanya jawaban abstrak yang aku terima. Koreksi, jawaban sangat jelas tapi tampaknya tidak berterus terang.

"dari wawancara saya hari ini apakah ada yg kurang pak?"
"begini mba Vina, kami disini hanya mencocokkan cv saja, dan ini kan baru pertama kali nya Jiwasraya bertemu dengan kandidat. Dan penilaian sudah lengkap dilakukan pada saat tahap awal rekrutmen seperti psikotest, FGD."

Jawaban yang pasti membuat kandidat rekrutmen semakin percaya diri akan lolos yhaa. Apalagi pertanyaan wawancaranya tentang cv aja. Tapi ternyata harapan hanya tinggal harapan, aku tidak termasuk dalam daftar 14 orang yang lolos tahap itu. Sedih? Iya. Tapi kata seseorang,

"Bersyukur kamu sudah sampai di tahap wawancara user, sudah tau rasanya, selanjutnya rasain sampai ngantor,"

Ya Alloh, bersyukur aku punya partner yang selalu mengingatkan aku buat bersyukur pada hal-hal yang kadang luput di mataku.

Dulu aku juga pernah gagal rekrutmen PLN, tepatnya di tahap kedua dari akhir, MCU. Aku juga pernah gagal rekrutmen MT Bank Indonesia di tahap FGD dan Wawancara Psikolog. Aku juga pernah gagal rekrutmen Pos Indonesia, Telkom, staff Bank Indonesia, RNI, ya Alloh, jadikan kegagalanku sebagai penguat hati.

Kebanyakan memang BUMN, iya, aku mengikuti mimpiku dari kecil untuk bekerja pada BUMN yang aku pikir sebagai bentuk pengabdianku pada Negara. Apalagi dari dulu aku termasuk orang yang memiliki cita-cita setinggi mungkin, begini dulu aku bilang kepada orang-orang,

"Kamu kudu punya cita-cita yang tinggi, target yang tinggi, jadi kalau jatuh, kamu masih lebih tinggi dari cita-cita dan target orang lain."

Terdengar munafik yhaaaa, tapi siapa peduli dengan kata orang. Dan kegagalan kemarin, ah, should I giving up on my dream? 🎈

No comments:

Post a Comment