Pages

27.9.17

Pernikahan.

Hmm. Berat yha judulnya.

Pagi itu tumben, temanku, Berka, tiba-tiba menghubungiku via Whatsapp. Memberi kabar tentang teman kami yang diam-diam telah melangsungkan pernikahannya. Seketika itu aku buka instagram, iya, dengan gaun putih dan seorang pria mengkecup keningnya, foto itu muncul tepat di berandaku pagi itu. Duh, sweet, apalagi captionnya.

Keesokan paginya, aku buka instagram, dan lagi, aku menemukan seorang temanku memposting foto pertunangannya. "Alhamdulillaah, akhirnya 💕💕💕" ketikku di kolom komentar. Seperti biasa, tidak berlama-lama aku meninggalkan jejak di instagram, beberapa jam kemudian muncul notifikasi, jawaban dari komentarku.

"Alhamdulillah viiin, kamu kapan?"

Sungguh itu pertanyaan menusuk. Dan aku berjanji ngga akan aku tanyakan itu ketika aku berada di posisinya nanti seperti aku ngga akan pernah nanya skripsi kamu sampe mana? Hmm.

Kenapa orang terbiasa memberi respon begitu sih, duh Gusti. Sungguh itu bukan respon yang baik ketika kamu berada di posisi yang diidamkan orang lain. Bukankah lebih baik ucapan doa dibalas dengan ucapan doa juga. Hmm. Menurutku begitu.

Kembali lagi ke topik pembicaraan.

Jadi aku kapan?

Aku

Kapan

...

Doakan tahun depan ada yang meminang ya. 😳😳
(((aaaaamiiiiiiiiiiin)))

"Kalo denger kabar temanku menikah, aku pasti mikir, ini orang-orang doanya setelah lulus langsung menikah atau gimana sih?"
"yee alhamdulillah dong emang rejekinya."

Dari dulu, sudah terpatri dalam pikiranku, abis lulus, kerja dulu ya, abis lulus, kerja dulu ya, abis lulus, kerja dulu ya. Yaaa, ngga ada menikah dalam pikiranku waktu itu. Sekarang? Masih. Tapi, kalau ada yang meminang ya alhamdulillah. Ngga usah nunda. Tapi, mungkin akan ada sedikit sesal di hatiku jika aku menikah sebelum bekerja. Hehehe.

Untuk pertanyaan "kamu kapan, vin?"

"Demi Allah aku ingin segera, apalagi melihat stigma masyarakat tentang wanita muda. Tapi, aku belum bahagiakan orang tua, nikah tuh pake uang orang tua ngga sih, yang sederhana aja ya biar ngga nambah beban orang tua kita. Tapi, aku belum  kerja, kamu gapapa penuhi kebutuhan kita sendiri aja? Tapi, aku, belum ada kamunya. Jadi gimana?"

28.7.17

Tentang Kegagalan Kemarin

Aku : Kmaren ibuk nanya gmn pengumuman Jiwasraya nya. Aku jawab besok jumat. Duh, yg
        bikin aku gamau gagal ya gini syg, berat ngomongny ke orang tua. Td dah nanyain lg,
        aku jwb sore mungkin. Gitu
Dia : Kan udah ? Kenapa ngga langsung bilang aja
Aku : Udaaaah tapi ngga berani nyampein
Dia : Ya kamu sampein dong. Duh, kamu ini. Kasian orang tua kamu
Aku : Kasian gimana ya aku juga ngga berani nyampein
Dia : Kasian kamu boongin. Kasian abis waktu buat doa yg ngga perlu
Aku : Iyaaaaaaaaa. Duh jadi aku juga berat sih
Dia : Pdhl aku udah bilang kalo udah keluar tuh langsung laporan
Aku : Mewek aku kalo nyampein langsungggggg
Dia : Gapapa, masih ada ortu kamu yg lebih ngerti

Ternyata yang lebih menyakitkan ketika aku gagal adalah menyampaikan kegagalanku kepada orang tua, bukan kegagalan itu sendiri seperti yang aku bilang kemarin. Rasanya bodo amat aku dianggep anak yang suka boongin orang tua, aku mending menyembunyikan kegagalanku didepan orang tua daripada ngeliat mereka kecewa. Tapi akhirnya aku sampaikan juga sih karena mereka bertanya.

Orang tua pasti kecewa dengan kegagalan anaknya, apalagi sudah sejauh itu tahap rekrutmen yang aku lalui, semakin jauh tahapannya, pasti mereka semakin besar harapannya. Orang tua pasti kecewa dengan kegagalan anaknya, apalagi kegagalan itu merupakan kegagalan yang kesekian kalinya, apalagi jika ditambah tangisan kekecewaan anaknya juga. Aku selalu inget, seberapa susahnya kita, tetep lebih susah orang tua yang melihat anaknya susah. Seberapa sedihnya kita, tetep lebih sedih orang tua yang melihat anaknya sedih. 

Buk, Pak, ringan aku tadi menyampaikan hasil rekrutmen bukan karena aku bodo amat dengan hasilnya, bukan berarti aku ga peduli dengan hasilnya, tapi karena aku tau Ibuk Bapak pasti kecewa, dan aku ngga pengen nambah kekecewaan Ibuk Bapak dengan kesedihan karena melihat aku sedih. 

27.7.17

Should I ?

Yang aku benci dari rekrutmen adalah ketika aku gatau apa yang membuat aku gagal. That's why aku bertanya apa yang kurang dari aku ketika wawancara user kemarin, dan hanya jawaban abstrak yang aku terima. Koreksi, jawaban sangat jelas tapi tampaknya tidak berterus terang.

21.7.17

Me vs Jerawat.

"Less is more." kata orang bilang. Dan aku percaya bahwa "If you focus on good skin care, you really won't need a lot of makeup." Tapi gimana kita menggunakan less makeup jika jerawat dan bekasnya banyak nangkring disana sini ? I'm sure every women want those flawless bare face, me too, dan aku bersyukur aku semakin dekat dengan itu. Aamiin, alhamdulillah.

10.6.17

Good to be back.

It's good to have some dreams to accomplish, especially in this graceful month of Ramadhan. Bismillah.